Sabtu, 09 Februari 2013

Mata Hati

coba kita bayangkan.
apa yang terjadi bila hati bisa bicara.
mengungkapkan seluruh yang ia rasakan.
benak yang terpendam dan selamanya hanya bisa di pendam!

mungkin hanya ada rontaan.
mungkin hanya ada tangisan.
atau mungkin hanya kepiluan.

si hati akan berbicara :
aku terluka!
aku sakit!
aku tak kuat!
apa aku harus selalu seperti ini?
hanya bisa menunggu lukaku sembuh dengan sendirinya ketika ada yang menyayatku?
apa aku harus selalu seperti ini?
hanya bisa meronta atau bahkan merintih menahan sakit yang selalu ku pendam sendiri?
tolong, buatku merasa lega, jangan selalu membuatku pengap.
aku ingin seperti organ yang lain.
terlebih seperti si mata.
dia selalu melihat yang membuatnya nyaman .
dia hanya melihat,melihat kembang tawa.
dan dia hanya melihat bagaimana ekspresi dari kebahagiaan, dan kesedihan.

coba bayangkan jika aku, si mata hanya bisa melihat secara faktual.
Tapi aku, apa?
aku yang dapat merasakan sebab-akibat dari semua yang di lihat si mata !
hanya sedikit ku merasa bahagia.
cepat sekali berganti menjadi kesedihan.
aku bisa mengetahui mental si pemilik tubuh ini.
setiap hari, setiap hari mentalnya goyah.
aku sangat kasihan, tapi apa ada yang peduli untuk mengasihaninya?
malang sekali.
 bagaimana bila itu semua yang terjadi?
apa akan tetap ada yang tak mempedulikannya?
isyarat kecil yang di tampakkan.
gambaran dari sebuah pesakitan.

maaf, jika ku hanya selalu menangis.
maaf, jika ku selalu begini.
tapi maaf, karena memang aku yang seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.